Membaca Tubuh

Setiap orang harus memahami dan menghargai tubuhnya. Tanpa mengenali dan memahami tubuh, tidak akan ada penghargaan. Tanpa penghargaan tidak akan ada penghayatan. Penghayatan akan tubuh sangat berperan di dalam pengenalan diri. Terutama bagi seorang performer yang menjadikan tubuh adalah alat sekaligus tujuan. Tubuhnya adalah kata-kata, metafora, form, simbol, dan karya seni itu sendiri.

Merleau-Ponty banyak menyumbang pemikiran terkait pembacaan atas tubuh (body). Menurutnya tubuh manusia bukanlah sesuatu yang imaterial, melainkan justru sebaliknya, tubuh manusia adalah suatu realitas otonom yang memang keberadaannya selalu berada dalam kaitan dengan pikiran, subyek, dan dunia. Pendekatan Merleau-Ponty adalah berusaha mendekati realitas dengan pertama-tama mempelajari persepsi manusia. Segala sesuatu yang konkret pertama-tama haruslah dapat disentuh oleh pengalaman manusia, walaupun tidak harus pengalaman empiris. Benda tersebut haruslah dapat dikenali, baik bentuknya, warnanya, ukuran, dan sebagainya.

Di dalam karya magnus opusnya yang berjudul Phenomenology of Perception, Merleau-Ponty mengajukan pendapat, bahwa kesatuan tubuh manusia yang mempersepsi mendapatkan kepenuhannya dengan menyentuh dan mempersepsi dunia. Jadi tubuh dan dunia adalah dua entitas yang tak terpisahkan. Kepenuhan yang satu diperoleh dengan menyentuh yang lain. Tubuh menjadi utuh dengan menyentuh dunia. Sebaliknya dunia menjadi dapat dipersepsi dengan menyentuh tubuh.

Kesadaran perseptual mengandaikan adanya tubuh, dan tubuh merupakan medium utama manusia untuk bersentuhan dengan realitas. Jadi walaupun konsep kesadaran perseptual sangat dekat dengan idealisme, namun konsep ini masih memberi ruang untuk status otonom tubuh dan realitas yang terkait, namun tidak sepenuhnya bergantung pada pikiran manusia. Tubuh adalah entitas pasif yang sekaligus aktif. Tubuh merupakan medium manusia untuk “mempunyai dunia”. Dengan kata lain manusia mendunia melalui tubuhnya.

Tesis dasar dari Merleau-Ponty tentang tubuh, adalah bahwa persepsi manusia akan dunia bukanlah persepsi terlepas tanpa konteks, melainkan suatu fenomena menubuh (bodily phenomenon). Persepsi adalah semacam titik tengah antara pengalaman subyektif internal di satu sisi, dan fakta-fakta obyektif eksternal di sisi lain. Persepsi bukan keduanya, tetapi juga sekaligus keduanya. Dalam bentuknya yang paling konkret, persepsi adalah unsur dari tubuh manusia yang menyentuh dunia. Persepsi dan tubuh sekaligus bersifat intensional dan mekanis, sekaligus subyektif dan obyektif, dan sekaligus internal maupun eksternal. Pengalaman subyektif dan pengalaman eksternal, dibangun atas abstraksi dari keterbukaan manusia pada dunia. Dan menurut Merleau-Ponty keterbukaan kepada dunia itulah yang seharusnya direfleksikan lebih jauh.

Tubuh dan dunia, menurut Merleau-Ponty, haruslah dilihat sebagai dua entitas yang menyatu, yang saling tumpang tindih. Relasi di antaranya bukalah relasi rangsangan dan reaksi, tetapi sebagai sesuatu yang saling menjalin dalam satu kesatuan, “saling menjalin” (interweave).

Diterbitkan oleh alexandergebe

performer, penulis. Belajar teater sebagai performer dan menulis kreatif di Komunitas Berkat Yakin.

Tinggalkan komentar